Fisioterapi Mampu Menekan Penggunaan Opioid di Tengah Krisis
Fisioterapi mampu membantu proses penyembuhan pasca kecelakaan atau operasi, namun tahukah Anda bahwa fisioterapi juga mampu menekan p...
Fisioterapi mampu membantu proses penyembuhan pasca kecelakaan atau operasi, namun tahukah Anda bahwa fisioterapi juga mampu menekan penggunaan opioid?
Banyak pengidap kecanduan opioid pertama kali terpapar lewat pemakaian
opioid sebagai obat resep untuk mengurangi rasa nyeri. Obat-obatan
berbasis opioid dinilai mampu mengurangi penyakit akut, seperti rasa
nyeri pasca operasi.
Sayangnya, efektivitas opioid terus menurun seiring berjalannya waktu,
sehingga diperlukan dosis yang lebih tinggi untuk memperoleh hasil yang
sama dibandingkan periode awal pemakaian. Bahkan tidak jarang pula yang
justru merasakan sakit lebih parah saat mengonsumsi opioid. Celakanya
lagi, tidak sedikit orang yang beralih dari opioid ke heroin atau fentanyl.
Semakin tinggi angka konsumsi opioid menyebabkan krisis yang berimbas pada dunia medis. Mark Bishop selaku Associate Professor of Physical Therapy dari University of Florida
menyebutkan, diperlukan adanya pembatasan opioid untuk mencegah krisis
berkelanjutan. Diperlukan alternatif lain yang mampu meredakan rasa
nyeri sekaligus mengurangi penggunaan opioid, salah satunya fisioterapi.
Solusi ini tidak hanya diusung para pakar fisioterapi saja. Sebuah surat
rujukan kepada Presiden Amerika Serikat yang dikirim oleh perwakilan Commission on Combating Drug Addiction and the Opioid Crisis memaparkan, “Individu
yang mengidap penyakit akut atau kronis harus mempunyai akses terhadap
alternatif pereda rasa sakit yang tidak mengandung opioid. Segala hal
mulai dari fisioterapi hingga pengobatan non-opioid harus mampu
dijangkau dengan mudah sebagai alternatif bagi pasien.”
Seperti dilansir laman The Conversation, lembaga Centers for Disease Control and Prevention
juga merilis pedoman yang merekomendasikan fisioterapis sebagai metode
pengobatan pertama bagi pasien penyakit kronis. Pedoman yang diluncurkan
pada 2016 lalu ini didukung dengan sejumlah riset, termasuk penelitian
mengenai penggunaan opioid untuk gangguan tulang yang lazim terjadi,
seperti nyeri punggung, lutut, atau leher.
Studi ini menunjukkan, pasien dengan gangguan tulang memiliki
kecenderungan 89% lebih rendah dalam menerima resep obat opioid jika
penyakitnya ditangani oleh fisioterapis. Semakin cepat pasien berobat ke
fisioterapis, lebih besar pula kemungkinan untuk tidak mengonsumsi
opioid.
Semakin cepat pasien berobat ke fisioterapis, lebih besar pula kemungkinan untuk tidak mengonsumsi opioid.
Dari kondisi ini, terdapat dua kesimpulan yang dapat Anda ambil.
Pertama, fisioterapi menjadi metode penyembuhan yang efektif untuk
berbagai rasa nyeri. Kedua, semakin cepat Anda memeriksakan kesehatan ke
fisioterapis, semakin besar pula kemungkinannya untuk tidak diberi
resep obat berbasis opioid.
Referensi:
Penulis :Wahyu Physio
*) Artikel ini pernah diterbitkan dalam blog www.wahyuphysio.com pada 7 November 2018